Kepulauan Bangka Belitung
Pulau Bangka Belitung adalah
sebuah provinsi yang namanya diambil dari dua kepulauan yaitu Bangka dan
Belitung yang telah lama dikenal sebagai penghasil timah terbesar di Indonesia
dan memiliki pesona alam pantai yang mengagumkan. Selain dua pulau besar juga
ada pulau-pulau kecil seperti Pulau Lepar, Pulau Pongok, Pulau Mendanau dan
Pulau Selat Nasik, total pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan yang
berpenghuni hanya 50 pulau. Kepulauan Bangka Belitung memiliki Iklim tropis
yang dipengaruhi angin musim yang mengalami bulan basah selama tujuh bulan
sepanjang tahun dan bulan kering selama lima bulan terus-menerus.
Pulau Bangka terletak di sebelah
pesisir timur Sumatera bagian Selatan yaitu 1°20’-3°7 Lintang Selatan dan 105°
- 107° Bujur Timur memanjang dari Barat Laut ke Tenggara sepanjang kurang
lebih 180 km. Pulau ini terdiri dari rawa-rawa, daratan rendah, bukit-bukit dan
puncak bukit terdapat hutan lebat, sedangkan di daerah rawa terdapat hutan
bakau. Rawa daratan pulau Bangka tidak begitu berbeda dengan rawa di pulau
Sumatera, sedangkan keistimewaan pantainya dibandingkan dengan daerah lain
adalah pantainya yang landai berpasir putih dengan dihiasi hamparan batu
granit. Bangka Belitung menawarkan Anda wisata bahari seperti menyelam, snorkeling,
memancing dan berlayar.
Sejarah
Di
zaman Jepang Karesidenan Bangka Belitung di perintah oleh pemerintahan Militer
Jepang yang disebut Bangka Beliton Ginseibu. Setelah Proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia, oleh Belanda di bentuk Dewan Bangka Sementara pada 10
Desember 1946 (stbl.1946 No.38) yang selanjutnya resmi menjadi Dewan Bangka
yang diketuai oleh Musarif Datuk Bandaharo Leo yang dilantik Belanda pada 11
November 1947. Dewan Bangka merupakan Lembaga Pemerintahan Otonomi Tinggi.
Pada 23 Januari 1948 (stb1.1948 No.123), Dewan Bangka, Dewan Belitung dan Dewan Riau bergabung dalam Federasi Bangka Belitung dan Riau (FABERI) yang merupakan suatu bagian dalam Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Berdasarkan Keputusan Presiden RIS Nomor 141 Tahun 1950 kembali bersatu dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga berlaku undang-undang Nomor 22 Tahun 1948.
Pada tanggal 22 April 1950 oleh Pemerintah diserahkan wilayah Bangka Belitung kepada Gubernur Sumatera Selatan Dr. Mohd. lsa yang disaksikan oleh Perdana Menteri Dr. Hakim dan Dewan Bangka Belitung dibubarkan. Sebagai Residen Bangka Belitung ditunjuk R.Soemardja yang berkedudukan di Pangkalpinang. Berdasarkan UUDS 1950 dan UU Nomor 22 Tahun 1948 dan UU Darurat Nomor 4 tanggal 16 November 1956 Karesidenan Bangka Belitung berada di Sumatera Selatan yaitu Kabupaten Bangka dan dibentuk juga kota kecil Pangkalpinang. Kata Bangka berasal dari vangka yang berarti Timah, karena wilayah ini memang kaya barang tambang timah. Setelah timah ditemukan di sini abad ke-17, membuat Bangka mendapatkan kekayaan dan terkenal sebagai penghasil Timah terbesar di Indonesia. Sekarang meski masih ditambang namun tidak sebanyak seperti dahulu.
Pada 23 Januari 1948 (stb1.1948 No.123), Dewan Bangka, Dewan Belitung dan Dewan Riau bergabung dalam Federasi Bangka Belitung dan Riau (FABERI) yang merupakan suatu bagian dalam Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Berdasarkan Keputusan Presiden RIS Nomor 141 Tahun 1950 kembali bersatu dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga berlaku undang-undang Nomor 22 Tahun 1948.
Pada tanggal 22 April 1950 oleh Pemerintah diserahkan wilayah Bangka Belitung kepada Gubernur Sumatera Selatan Dr. Mohd. lsa yang disaksikan oleh Perdana Menteri Dr. Hakim dan Dewan Bangka Belitung dibubarkan. Sebagai Residen Bangka Belitung ditunjuk R.Soemardja yang berkedudukan di Pangkalpinang. Berdasarkan UUDS 1950 dan UU Nomor 22 Tahun 1948 dan UU Darurat Nomor 4 tanggal 16 November 1956 Karesidenan Bangka Belitung berada di Sumatera Selatan yaitu Kabupaten Bangka dan dibentuk juga kota kecil Pangkalpinang. Kata Bangka berasal dari vangka yang berarti Timah, karena wilayah ini memang kaya barang tambang timah. Setelah timah ditemukan di sini abad ke-17, membuat Bangka mendapatkan kekayaan dan terkenal sebagai penghasil Timah terbesar di Indonesia. Sekarang meski masih ditambang namun tidak sebanyak seperti dahulu.
Transportasi
Jika anda ingin berkunjung ke Kepulauan
Bangka Belitung, tersedia penerbangan dari Bandara Soekarno Hatta atau dapat
mengunjungi Bangka Belitung dengan kapal laut dari Palembang.
Masyarakat dan Budaya
20% penduduk Bangka Belitung
adalah keturunan Cina. Mayoritas warga keturunan Cina di sini merupakan
keturunan langsung dari buruh yang bekerja di tambang timah. Kelenteng tertua
berada di Batu Rusa, sebuah desa di sepanjang jalan dari Pangkal Pinang ke
Sungai Liat. Kelenteng yang didekorasi indah dapat ditemukan dekat Tayu di
sebelah Utara Pulau Bangka. Ada sekitar 55 kelenteng Cina-Budha di Bangka
sendiri yang sampai saat ini masih digunakan sebagai tempat ibadah.
Sumber Daya
Alam
Pada umumnya, masyarakat di
wilayah ini hidup dari sektor pertanian dan perikanan. Tanaman padi dan
palawija seperti jagung, singkong dan kacang-kacangan. Di sektor perkebunan,
Bangka Belitung menghasilkan beberapa komoditas unggulan. Salah satu yang
banyak dijumpai adalah lada putih. Komoditas lain yang dibudidayakan di daerah
ini adalah cengkeh dan kelapa sawit. Wilayah pesisir pantai yang landai atau
berbukit-bukit juga menghasilkan buah kelapa (kopra). Di sektor peternakan,
usaha beternak ayam, sapi, dan ternak potong lainnya, juga dapat dijumpai di
berbagai tempat.
Sebagai daerah kepulauan, sektor
perikanan mempunyai peranan penting dalam menompang perekonomian masyarakat.
Banyak warga, khususnya yang tinggal di wilayah pesisir pantai menggantungkan
mata pencahariannya pada kekayaan sumber daya laut. Peraiaran pulau-pulau kecil
yang menyebar di wilayah ini menjadi lahan penting untuk mencari ikan. Ikan
kakap, tenggiri, pari, kepiting, udang, dan teri menjadi komoditas perikanan
utama. Sebagian hasil tangkapan ikan diperdagangkan hinga ke Sumatra Selatan,
Jambi, dan wilayah provinsi lain di sekitarnya. Selain menjual ikan basah,
banyak nelayan menjualnya dalam rupa ikan kering atau ikan asin.
Bangka Belitung juga memiliki
barang galian tambang, di antaranya yang terkenal adalah timah dan kaolin.
Kaolin biasanya digunakan dalam industri pembuatan cat, keramik, serta batu tahan
api lainnya, dan isolator listrik. Tambang kaolin terdapat di Pulau Belitung,
Luas areal penambangan kaolin di Pulau Belitung mencapai 550 hektare.
Pendapatan barang galian terbesar diperoleh dari perdagangan timah. Bangka
Belitung juga dikenal sebagai “Pulau Timah”. Daerah ini menghasilkan timah
dengan mutu terbaik. Kadar kemurniannya mencapai 99,9%. Timah adalah logam
lunak yang mudah ditempa dengann titik leleh yang rendah. Logam ini memiliki
sifat tidak mudah berkarat. Berbagai bagian mesin yang mempunyai fungsi vital
biasanya dilapisi timah.
Contohnya, bagian-bagian mesin
yang mengalami gesekan berulang-ulang, seperti piston pada mesin pesawat
terbang, biasanya dilapisi timah karena timah mempunyai efek pelumasan. Dalam
berbagai produk yang kita gunakan sehari-hari, timah digunakan sebagai pelapis
kemasan , seperti tube pasta gigi, pembungkus rokok, serta kaleng makanan dan
minuman. Pusat peleburan timah di Indonesia terletak di Muntok, Pulau Bangka.
Tempat Wisata
Pulau
Belitung lebih dikenal sebagai Pulau Laskar Pelangi. Pulau ini menyajikan
pemandangan laut yang luar biasa indahnya. Setelah puas berkunjung ke
tempat-tempat pembuatan film “Laskar Pelangi”, kita wajib mengunjungi
pulau-pulau cantik, pulau-pulau berbatu
granit yang ada di sekitar Pulau Belitung. Hanya butuh waktu
sekitar 20 menit berlayar dari pantai Tanjung Kelayang, kita akan menjumpai
beberapa pulau kecil. Batu-batu granit membentuk pulau-pulau di tengah
laut yang biru dan bersih. Pemandangan yang sayang dilewatkan begitu saja. Pulau-pulau berbatu granit yang
tersebar di dekat Pulau Belitung antara lain Pulau Kepala Burung, Pulau Batu
Berlayar, Pulau Lengkuas, dan Pulau Kepayang. Masih banyak pulau-pulau berbatu granit kecil
di seputar Pulau belitung seperti pulau Karang Selai, Batu Selutik, Batu Malang
Penyu, Karang Bugis, Batu Mandi, Pulau Kunyit, Pulau Buku Limau, Pulau Mempirak
dan Pulau Keran. Hampir semua pulau-pulau
berbatu granit itu memiliki pantai berpasir putih bersih. Selain
berpantai indah, pulau-pulau berbatu
granit di seputar Pulau Belitung juga menjadi tempat snorkeling .
Bagi pecinta fotografi, kita bisa puas menyalurkan hobi dengan mengabadikan
keindahan pulau-pulau berbatu granit di
tengah hamparan air laut biru dan pantai berpasir putih.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar