BAB I
PENDAHULUAN
Kota tua sudah
ditetapkan menjadi cagar budaya oleh pemerintah setempat, disana terdapat
bangunan-bangunan bersejarah yang diantaranya adalah Gedung Bank Mandiri Kanwil
III, Gedung BNI 46, Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, dan tentunya
kawasan Stasiun Jakarta Kota (BEOS).
Diantara
bangunan bersejarah itu ada yang berubah secara fungsi dan ada pula yang
fungsinya tetap. Ada yang mengalami renovasi, baik secara arsitektur ataupun
secara konsep bangunan. Tentu dalam menentukan hal tersebut, harus melalui
beberapa analisa yang mengacu kepada teori yang ada untuk menentukan kelas
bangunan dan tingkat pemugaran, selanjutnya mencari sejarah bangunan tersebut
baik arsitekturnya ataupun fungsi dari bangunan tersebut di masa lalu.
Preservasi
adalah kegiatan yang berhubungan secara tidak langsung terhadap pemeliharaan
artifak (peninggalan budaya) pada kondisi fisik yang sama seperti ketika
diterima olek kurator. Tampilan estetiknya tidak boleh ada yang ditambah atau
dikurangi. Intervensi apapun yang perlu untuk mengandakan “preserve” hanya
boleh pada permukaan atau pada “kulit‟ saja serta
tidak mencolok.
Konservasi
adalah kegiatan yang berhubungan dengan intervensi fisik terhadap bahan atau
elemen bangunan (bersejarah) yang ada untuk meyakinkan kesinambungan integritas
secara struktural. Tingkatan kegiatan konservasi dapat berkisar dari penanganan
kecil sampai penanganan besar.
Kegiatan
preservasi dan konservasi pada bangunan bersejarah maupun pada kawasan/
lingkungan bersejarah pada dasarnya bukan semata untuk tujuan pelestarian dan
mempertahankan bangunan secara arsitektural semata tetapi juga didalamnya
menyangkut nilai-nilai budaya dalam kehidupan masyarakat luas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSERVASI
Menurut Sidharta dan Budihardjo (1989), konservasi merupakan suatu upaya
untuk melestarikan bangunan atau lingkungan, mengatur penggunaan serta arah
perkembangannya sesuai dengan kebutuhan saat ini dan masa mendatang sedemikian
rupa sehingga makna kulturalnya akan dapat tetap terpelihara.
Menurut Danisworo (1991), konservasi merupakan upaya memelihara suatu
tempat berupa lahan, kawasan, gedung maupun kelompok gedung termasuk
lingkungannya. Di samping itu, tempat yang dikonservasi akan menampilkan makna
dari sisi sejarah, budaya, tradisi, keindahan, sosial, ekonomi, fungsional,
iklim maupun fisik (Danisworo, 1992). Dari aspek proses disain perkotaan
(Shirvani, 1985), konservasi harus memproteksi keberadaan lingkungan dan ruang
kota yang merupakan tempat bangunan atau kawasan bersejarah dan juga
aktivitasnya.
Konservasi dengan demikian sebenarnya merupakan pula upaya preservasi namun
dengan tetap memanfaatkan kegunaan dari suatu tempat untuk menampung/memberi
wadah bagi kegiatan yang sama seperti kegiatan asalnya atau bagi kegiatan yang
sama sekali baru sehingga dapat membiayai sendiri kelangsungan eksistensinya.
Dengan kata lain konservasi suatu tempat merupakan suatu proses daur ulang dari
sumber daya tempat tersebut.
2.1.1 JENIS – JENIS KONSERVASI
Dalam pelaksanaan
konservasi terhadap kawasan/ bangunan cagar budaya, maka ada tindakan-tindakan
khusus yang harus dilakukan dalam setiap penanganannya (Burra Charter, 1999),
antara lain:
1. Konservasi yaitu semua kegiatan
pemeliharaan suatu tempat sedemikian rupa sehingga mempertahankan nilai
kulturalnya
2.
Preservasi adalah mempertahankan bahan dan tempat dalam kondisi eksisting dan
memperlambat pelapukan
3.
Restorasi / Rehabilitasi adalah upaya mengembalikan kondisi fisik bangunan seperti
sediakala dengan membuang elemen-elemen tambahan serta memasang kembali
elemen-elemen orisinil yang telah hilang tanpa menambah bagian baru
4.
Rekonstruksi yaitu mengembalikan sebuah tempat pada keadaan semula sebagaimana yang
diketahui dengan menggunakan bahan lama maupun bahan baru dan dibedakan dari
restorasi
5.
Adaptasi / Revitalisasi adalah segala upaya untuk mengubah tempat agar dapat
digunakan untuk fungsi yang sesuai
6.
Demolisi adalah penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang sudah rusak atau
membahayakan.
2.1.2 TUJUAN KONSERVASI
Menurut David
Poinsett, Preservation News (July, 1973. p5-7), keberadaan preservasi
objek-objek bersejarah biasanya mempunyai tujuan :
1. Pendidikan
Peninggalan
objek-objek bersejarah berupa benda-benda tiga dimensi akan memberikan gambaran
yang jelas kepada manusia sekarang, tentang masa lalu, tidak hanya secara fisik
bahkan suasana dan semangat masa lalu.
2.
Rekreasi
Adalah suatu
kesenangan tersendiri dalam mengunjungi objek-objek bersejarah karena kita akan
mendapat gambaran bagaimana orang-orang terdahulu membentuk lingkungan binaan
yang unik dan berbeda dengan kita sekarang.
3.
Inspirasi
Patriotisme
adalah semangat yang bangkit dan tetap akan berkobar jika kita tetap
mempertahankan hubungan kita dengan masa lalu, siapa kita sebenarnya, bagaimana
kita terbentuk sebagai suatu bangsa dan apa tujuan mulia pendahulu kita.
Preservasi objek bersejarah akan membantu untuk tetap mempertahakan
konsep-konsep tersebut.
4.
Ekonomi
Pada masa kini
objek-objek bersejarah telah bernilai ekonomi dimana usahausaha untuk
mempertahan bangunan lama dengan mengganti fungsinya telah menjadi komoditas
parawisata dan perdagangan yang mendatangkan keuntungan.
2.1.3 MANFAAT KONSERVASI
- Memperkaya
pengalaman visual
- Memberi suasana
permanen yang menyegarkan
- Memberi kemanan
psikologis
- Mewariskan
arsitektur
- Asset komersial
dalam kegiatan wisata internasional
2.1.4 SKALA/LINGKUP KONSERVASI
- Lingkungan Alami
(Natural Area)
- Kota dan Desa (Town
and Village)
- Garis Cakrawala dan
Koridor pandang (Skylines and View Corridor)
- Kawasan (Districts)
- Wajah Jalan
(Street-scapes)
- Bangunan (Buildings)
- Benda dan Penggalan
(Object and Fragments)
2.1.5 KRITERIA KONSERVASI
- Estetika
- Kejamakan
- Kelangkaan
- Keistimewaan
- Peranan Sejarah
- Penguat Kawasan di
Sekitarnya
2.1.6 PERAN ARSITEK DALAM KONSERVASI
Internal:
- Meningkatkan
kesadaran di kalangan arsitek untuk mencintai dan mau memelihara warisan
budaya berupa kawasan dan bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural
tinggi.
- Meningkatkan
kemampuan serta penguasaan teknis terhadap jenis-jenis tindakan pemugaran
kawasan atau bangunan, terutama teknik adaptive reuse
- Melakukan penelitian
serta dokumentasi atas kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan.
Eksternal:
- Memberi masukan
kepada Pemda mengenai kawasan-kawasan atau bangunan yang perlu
dilestarikan dari segi arsitektur.
- Membantu Pemda dalam
menyusun Rencana Tata Ruang untuk keperluan pengembangan kawasan yang
dilindungi (Urban Design Guidelines)
- Membantu Pemda dalam
menentukan fungsi atau penggunaan baru bangunan-bangunan bersejarah atau
bernilai arsitektural tinggi yang fungsinya sudah tidak sesuai lagi
(misalnya bekas pabrik atau gudang) serta mengusulkan bentuk konservasi
arsitekturalnya.
- Memberikan
contoh-contoh keberhasilan proyek pemugaran yang dapat menumbuhkan
keyakinan pengembang bahwa dengan mempertahankan identitas
kawasan/bangunan bersejarah, pengembangan akan lebih memberikan daya tarik
yang pada gilirannya akan lebih mendatangkan keuntungan finansial.
2.2
CONTOH BANGUNAN KONSERVASI DI JAKARTA
2.2.1 STASIUN JAKARTA KOTA
Data Lapangan, 2017
Nama
Bangunan : Stasiun
Jakarta Kota
Tahun
Pembangunan : 1926 – 1929
Arsitek : Frans Johan Louwrens
Ghijsels
Fungsi
Awal : Stasiun Kereta
Fungsi
Sekarang : Stasiun Kereta
Langgam : Art Deco
Kondisi
Bangunan : Baik
Pada
masa lalu, karena terkenalnya stasiun ini, nama itu dijadikan sebuah acara oleh
stasiun televisi swasta. Hanya saja mungkin hanya sedikit warga
Jakarta yang tahu apa arti Beos yang ternyata memiliki banyak versi.
http://forum.detik.com/3-stasiun-djakarta-tempo-doeloe-t254881.html?s=6225b2d09b19b9bbc38747591fb3b8ac&
BEOS merupakan kependekan dari Bataviasche Ooster
Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), sebuah
perusahaan swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh. Versi lain
BEOS berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia dan sekitarnya,
yang berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang
menghubungkan kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi),
Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan
lain-lain.
Sebenarnya,
masih ada nama lain untuk Stasiun Jakarta Kota ini, yakni Batavia Zuid, yang
berarti Stasiun Batavia Selatan. Nama ini muncul karena pada akhir abad ke 19,
Batavia sudah memiliki lebih dari 2 stasiun kereta api. Salah satunya adalah
Stasiun Batavia Noord (Batavia Utara) yang terletak di sebelah selatan Museum
Sejarah Jakarta sekarang. Awalnya, Batavia Noord merupakan milik perusahaan
kereta api Nederlands – Indische Spoorweg Maatschappij, dan merupakan terminus
untuk jalur Batavia – Buitenzorg. Pada tahun 1913, jalur Batavia-Buitenzorg ini
dijual kepada pemerintah Hindia-Belanda dan dikelola oleh Staatsspoorwegen.
Pada waktu itu, kawasan Jatinegara dan Tanjung Priok belum termasuk gemeente
Batavia.
http://www.kompasiana.com/galing/ngabuburit-menelusuri-sejarah-perkereta-apian-di-batavia_5516e9dc813311ab64bc6136
Batavia Zuid (Stasiun Jakarta Kota), awalnya dibangun
sekitar tahun 1870, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk di renovasi menjadi bangunan
yang kini ada. Selama stasiun ini dibangun, seluruh kereta api menggunakan
stasiun Batavia Noord, sekitar 200m dari stasiun Batavia Zuid. Pembangunannya
selesai pada 19 Agustus 1929 dan secara resmi digunakan pada 8 Oktober 1929.
Acara peresmiannya dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala
kerbau oleh Gubernur Jenderal jhr A.C.D de Graeff yang berkuasa pada
Hindia-Belanda pada 1926-1931.
2.2.2 KARAKTER
BANGUNAN
Di balik kemegahan stasiun
ini, tersebutlah nama seorang arsitek Belanda kelahiran Tulungagung, yaitu
Frans Johan Louwrens Ghijsels. Stasiun Beos merupakan karya besar Ghijsels yang
dikenal dengan ungkapan “Het Indische Bouwen”, yakni perpaduan antara struktur
dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat.
Dengan balutan Art Deco yang kental, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana
meski bercita rasa tinggi. Keindahannya dapat
dilihat dari bentuk atap dan bentuk pilar-pilar pintu utama pada
sisi kiri, kanan, dan depan bangunan, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana
namun mengandung unsur seni yang tinggi.
Data Lapangan, 2017
Data Lapangan, 2017
Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno,
kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan. Seiring dengan
perkembangan zaman, bangunan Stasiun Kota ini sendiri semakin terusik / tertutupi dengan kepadatan bangunan di kota
Jakarta sebagai dampak dari lajunya pertumbuhan kota yang kurang terkendali.
Belum lagi kondisi bangunannya yang kurang terawat dengan baik sehingga hanya
terlihat sebagai bangunan tua yang masih layak pakai. Sedangkan jika ditelusuri
lebih jauh, bangunan Stasiun Kota ini sendiri sebenarnya sudah ditetapkan dalam
peraturan pemerintah DKI Jakarta sebagai bangunan cagar budaya yang umumnya
bisa digunakan untuk menarik kunjungan wisata baik dari dalam maupun luar
negeri untuk menyimak kembali bagaimana perjalanan perkembangan kota Jakarta
sejak zaman colonial hingga sekarang ini.
2.2.3 MASA
KINI
Stasiun
Jakarta Kota akhirnya ditetapkan sebagai cagar budaya melalui surat
keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 tahun 1993. Walau masih berfungsi, di
sana-sini terlihat sudut-sudut yang kurang terawat. Keberadaannya pun mulai
terusik dengan adanya kabar mau dibangun mal di atas bangunan stasiun.
Data Lapangan, 2017
Data Lapangan, 2017
Sekarang Stasiun Jakarta Kota menjadi lebih bersih dan
terawat. Tidak adanya lagi sampah yang dibuang sembarangan, karena adanya
petugas kebersihan dan penyediaan tempat sampah tiap beberapa meter.
Data Lapangan, 2017
Adanya penambahan fasilitas penunjang di dalam stasiun,
seperti restoran cepat saji, ATM, minimarket, dan sebagainya. Akses menuju
stasiun juga lebih baik, dengan penertiban di trotoar yang dibuat lebih luas
dan di pagari, dan juga penertiban sehingga tidak adanya lagi orang yang berjualan
di trotoar sekitar stasiun. Kini
Pihak KAI melalui Unit Pelestarian Benda dan bangunan bersejarah telah masih
dalam proses
menata stasiun bersejarah ini.
2.2.4 KONSEP PERENCANAAN KONSERVASI
Eksterior:
·
Menggunakan
karakter kota tua / kota lama sebagai daya tarik untuk memberikan nilai tambah
pada bangunan Stasiun Jakarta Kota.
·
Mempermudah
pencapaian ke dalam kawasan, menata sirkulasi kendaraan, dan pejalan kaki di
dalam kawasan, serta menyediakan sarana parkir yang mampu memenuhi kebutuhan
aktivitas pengunjung pada kawasan di sekitar bangunan Stasiun Jakarta Kota.
·
Menata
kembali system peragangan kaki lima yang berada di sekitar bangunan agar
terlihat lebih rapi dan bersih.
·
Pengadaan
kembali kawasan – kawasan hijau di sekitar lokasi seperti taman dan sejenisnya
sebagai sarana penunjang dan nilai tambah dari bangunan.
·
Pengolahan
fasad yang lebih menarik dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya, penertiban
bagian – bagian fasilitas bangunan yang mencederai fasad bangunan sebagai
bagian dari usaha mempertahankan jejak sejarah di kawasan Stasiun Jakarta Kota
dan sekitarnya.
·
Penataan
kebersihan dan keamanan di sekitar bangunan juga sangat dibutuhkan untuk
memperlihatkan nilai sejarah dari sisi eksterior bangunan.
Interior:
·
Penertiban
kegiatan penjualan di dalam Stasiun sangat dibutuhkan guna menjaga kebersihan
dan kenyamanan penggunan stasiun.
·
Pengaturan
tata tertib di dalam stasiun juga sangat dianjurkan untuk menjaga ketertiban
pengguna KRL sekaligus menciptakan pemandangan yang suasan yang nyaman di dalam
stasiun.
·
Khusus
untuk bagian – bagian stasiun yang telah termakan usia atau yang tidak terurus,
dianjurkan untuk melakukan perbaikan dan penataan kembali agar tidak
menimbulkan pemandangan atau suasana yang mengganggu.
·
Pengadaan
fasilitas – fasilitas seperti tempat duduk sangat dianjurkan untuk memberikan
tempat istirahat sementara bagi para pengguna KRL yang menunggu kedatangan/
keberangkatan KRL.
·
Penyediaan
fasilitas penyebrangan antar rel/ tempat pemberhentian kereta juga sangat
perlu. Selain untuk mengurangi waktu dan jarak tempuh yang jauh karena harus
kembali melalui jalur yang melalui dalam stasiun, juga mencegah terjadinya
kecelakaan kereta yang disebabkan oleh aksi nekat para pengguna KRL yang
menyebrang melalui jalur kereta.
BAB III
KESIMPULAN
Konservasi merupakan upaya memelihara suatu tempat berupa lahan, kawasan,
gedung maupun kelompok gedung termasuk lingkungannya. Di samping itu, tempat
yang dikonservasi akan menampilkan makna dari sisi sejarah, budaya, tradisi,
keindahan, sosial, ekonomi, fungsional, iklim maupun fisik.
Berdasarkan pengamatan dan analisis dari data-data dan
teori yang ada, kami menyimpulkan bahwa di dalam pelaksanaan konservasi stasiun
Kota Jakarta (BEOS) ini sangat mempertahankan fungsi yang ada sejak dahulu, hal
ini dapat dibuktikan dari fungsinya yang masih sebagai stasiun induk kereta
api. Secara arsitektur
juga baik konsep, interior maupun eksterior tetap terjaga sebagai mana aslinya.
Sebelum
|
Sesudah
|
http://www.klikhotel.com/blog/rasakan-romantika-jakarta-tempo-dulu-di-tempat-ini/
|
Data Lapangan
|
http://forum.detik.com/3-stasiun-djakarta-tempo-doeloe-t254881.html
|
Data Lapangan
|
http://penelitiankeretaapi.blogspot.co.id/
|
Data Lapangan
|
https://interaktif.kompas.id/hut_489_jakarta
|
Data Lapangan
|
BAB IV
REFERENSI
https://travel.detik.com/destinations/d-2260390/ternyata-stasiun-jakarta-kota-pernah-jadi-yang-terbesar-se-asean
http://www.kompasiana.com/galing/ngabuburit-menelusuri-sejarah-perkereta-apian-di-batavia_5516e9dc813311ab64bc6136