Kenyataan Sosial
Untuk memudahkan
pemahaman dalam mengklasifikasikan berbagai tingkatan dalam kenyataan sosial, maka
dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan, antara lain:
1.
Tingkat
Budaya
Kebudayaan merupakan
keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni moral, hukum,
kebiasaan, dan kemampuan- kemampuan, serta tata cara lainnya yang diperoleh
manusia sebagai seorang anggota masyarakat. Dengan demikian, fokus kajiannya
meliputi nilai, simbol, norma, dan pandangan hidup umum yang dimiliki bersama
oleh suatu masyarakat.
2.
Tingkat
Individual
Tingkat ini
menempatkan individu sebagai pusat perhatian untuk analisis utama. Sebagai
contoh Weber sangat tertarik pada masalah- masalah sosiologis yang luas mengenai
struktur sosial dan kebudayaan tetapi dia melihat bahwa kenyataan sosial secara
mendasar terdiri atas individu- invidu dan tindakan- tindakan sosialnya yang
bermakna. Weber mendefinisikan sosiologi sebagai:
... suatu ilmu pengetahuan yang
berusaha memperoleh pemahaman interpretatif mengenai tindakan sosial agar
dengan demikian dapat sampai kesuatu penjelasan kausal mengenai arah dan akbat-
akibatnya. Dengan tindakan dimaksudkan semua perilaku manusia, apabila atau
sepanjang individu yang bertindak itu memberikan arti subjektif kepada tindakan
itu... Tindakan itu disebut sosial karena arti subjektif tadi dihubungkan
dengannya oeh invidu yang bertindak,... Memengaruhi perilaku orang lain dan
karena itu diarahkan ketujuannya.
Penjelasan dan
tekanan pendirian Weber tersebut berbeda dengan pendirian Durkheim yang
mengemukakan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fakta sosial yang
bersifat eksternal, memaksa individu, dan bahwa fakta sosial harus dijelaskan
dengan fakta sosial lainnya. Dalam hal ini Durkheim melihat kenyataan sosial
sebagai sesuatu yang mengatasi individu, berada pada suatu tingkat yang bebas,
sedangkan Weber melihat bahwa kenyataan sosial sebagai sesuatu yang didasarkan
pada motivasi individu dan tindakan- tindakan sosial. Adanya perbedaan
pandangan antara Weber dan Durkheim tersebut dapat dipahami karena dilihat dari
persepektif kenyataan sosial yang berlawanan.
3.
Tingkat Interpersonal
Kenyataan sosial pada tingkat ini meliputi interaksi
antara individu dengan individu maupun dengan kelompok, dalam arti yang
berhubungan dengan komunikasi simbolis, penyesuaian timbal balik, negosiasi
tindakan yang saling tergantung, kerja sama, maupun konflik. Dua persepektif
teoretis utama yang menekankan tingkatan ini adalah teori interaksionisme
simbolik dan teori pertukaran.
4. Tingkat Struktur Sosial
Jika dibanding dengan sebelumnya,
tingkatan struktur sosial ini jauh lebih abstrak. Perhatiannya bukan pada
individu- individu, tindakan- tindakan, serta interaksi sosial, melainkan pada
pola- pola tindakan dan jaringan- jaringan interaksi yang disimpulkan dari
pengamatan terhadap keteraturan dan keseragaman yang terdapat dalam waktu dan
ruang tertentu. Tekanannya terletak pada struktur- struktur sosial yang kecil
maupun besar. Dua aliran utama yang berhubungan dengan tingkatan ini adalah teori
fungsional dan teori konflik.
Masalah Sosial
Masalah sosial adalah suatu kondisi yang
dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas yang berpengaruh yang mengancam
nilai-nilai suatu masyarakat sehingga berdampak kepada sebagian besar anggota
masyarakat dan kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama.
Entitas tersebut dapat merupakan pembicaraan umum atau menjadi topik ulasan di
media massa, seperti televisi, internet, radio dan surat kabar.
Jadi yang memutuskan bahwa sesuatu itu merupakan
masalah sosial atau bukan, adalah masyarakat yang kemudian disosialisasikan
melalui suatu entitas. Dan tingkat keparahan masalah sosial yang terjadi dapat
diukur dengan membandingkan antara sesuatu yang ideal dengan realitas yang
terjadi (Coleman dan Cresey, 1987). Dan untuk memudahkan mengamati masalah-masalah
sosial, Stark (1975) membagi masalah sosial menjadi 3 macam yaitu :
1.
Konflik dan kesenjangan, seperti : kemiskinan, kesenjangan, konflik antar
kelompok, pelecehan seksual dan masalah lingkungan.
2.
Perilaku menyimpang, seperti : kecanduan obat terlarang, gangguan mental,
kejahatan, kenakalan remaja dan kekerasan pergaulan.
3.
Perkembangan manusia, seperti : masalah keluarga, usia lanjut, kependudukan
(seperti urbanisasi) dan kesehatan seksual.
Salah
satu penyebab utama timbulnya masalah sosial adalah pemenuhan akan kebutuhan
hidup (Etzioni, 1976). Artinya jika seorang anggota masyarakat gagal memenuhi
kebutuhan hidupnya maka ia akan cenderung melakukan tindak kejahatan dan
kekerasan. Hal ini diperparah oleh peran media massa sekarang ini yang
mengalami sedikit perubahan, bukan lagi sebagai institusi yang memberi
informasi yang edukatif dan hiburan yang edukatif, akan tetapi lebih pada media
yang memberi informasi, hiburan dan edukasi yang kurang edukatif.
Menganalisa Masalah
Sosial di Indonesia
Indonesia merupakan
salah satu negara yang memiliki berbagai macam masalah-masalah sosial
didalamnya. Seperti masalah ekonomi, budaya, biologis, psikologis dan lainnya. Disini
saya akan menganalisis beberapa contoh penyebab terjadinya masalah-masalah sosial
di Indonesia dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut.
1. Faktor Ekonomi
(Kemiskinan)
Faktor ekonomi merupakan
faktor yang paling mempengaruhi dan terbesar yang menyebabkan masalah sosial
seperti contoh kemiskinan. Kemiskinan ialah ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, sekolah, dll. Penyebab
paling utama yaitu pengangguran serta krisis global PHK yang terjadi
dimana-mana yang bisa memicu tindak kriminal, pertikaian atau permusuhan yang
terjadi di masyarakat. Sulit mencari lapangan pekerjaan dan mahalnya kebutuhan
hidup sehari-hari merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi tindak
kejahatan. Banyak orang-orang yang menghalalkan segala cara untuk mencukupi
kehidupan seperti mencuri, merampok, menipu, dan lainnya. Di negara kita ternyata masih banyak orang yang pendidikannya rendah bahkan
tidak pernah sekolah sama sekali. Masih ada orang yang tidak bisa membaca atau
buta huruf. Hal ini antara lain disebabkan oleh kemalasan, biaya pendidikan
yang tinggi dan tidak meratanya pendidikan di Indonesia. Kamu mungkin beruntung
bisa menikmati bangku sekolah dengan mudah. Sekolahnya mudah dijangkau dan
fasilitasnya lengkap. Saudara-saudara kalian ada yang tidak bisa sekolah karena
tidak punya biaya. Mereka bahkan harus bekerja membantu orang tuanya agar tetap
bisa makan. Ada pula saudara kalian yang kesulitan untuk bisa sekolah karena
tempatnya yang jauh dan hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Itupun
sekolahnya juga masih sangat sederhana. Fasilitasnya juga masih sangat
terbatas.
Cara Mengatasi Kemiskinan:
Pemerintah selalu berusaha
mengatasi berbagai persoalan sosial dengan peran serta tokoh masyarakat,
pengusaha, pemuka agama, ketua adat, dll. Berbagai cara yang dapat dilakukan
oleh berbagai pihak dalam membantu mengatasi masalah sosial antara lain:
1. Menjadi orang tua asuh bagi anak sekolah yang kurang
mampu.
2. Tokoh agama memberikan penyuluhan tentang keimanan dan
moral dalam menghadapi persoalan sosial.
3. Para pengusaha dan lembaga-lembaga sosial
kemasyarakatan lain ikut memberikan beasiswa.
4. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Lembaga Sosial
Masyarakat (LSM) membantu dalam berbagai bidang dimulai dengan penyuluhan
sampai bantuan berupa materi.
5. Organisasi pemuda seperti karang taruna yang mendidik
dan mengarahkan para remaja putus sekolah dan pemuda untuk berkarya dan
berusaha mengatasi pengangguran.
6. Perguruan tinggi melakukan pengabdian kepada
masyarakat dengan memberikan berbagai penyuluhan.
Selain cara-cara tersebut di atas, pemerintah juga menggalakkan berbagai
program untuk mengatasi masalah sosial antara lain :
1. Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
BOS diberikan kepada siswa-siswa sekolah mulai dari
sekolah dasar sampai tingkat SLTA. Tujuannya
untuk meringankan biaya pendidikan.
2. Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT).
BLT diberikan kepada masyarakat miskin yang tidak
berpenghasilan sebagai dana kompensasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
3. Pemberian Kartu Askes.
2. Faktor Budaya
(Kenakalan Remaja)
Kenakalan remaja menjadi
masalah sosial yang sampai saat ini sulit dihilangkan karena remaja sekarang
suka mencoba hal-hal baru yang berdampak negatif seperti narkoba, padahal
remaja adalah aset terbesar suatu bangsa merekalah yang meneruskan perjuangan
yang telah dibangun sejak dahulu. Ditambah seiring
berkembangnya teknologi globalisasi secara pesat, seringkali menimbulkan
masalah baru seperti kenakalan remaja. Permasalahan yang satu ini kerap kali
terjadi dan bisa dibilang hampir tidak ditemukan titik solusi untuk
menghilangkannya. Dari tahun ke tahunnya, selalu saja ada masalah kenakalan
remaja dan mungkin anda sendiri pernah melihat berita di televisi yang
menyangkut hal ini.
Beragam kenakalan remaja yang terjadi saat ini seperti narkoba, free sex, pergaulan bebas, drugs, tawuran antar sekolah dan lain sebagainya. Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya. Banyak alasan-alasan para aset negara melakukan kenakalan seperti ini. Salah satunya ialah kurangnya perhatian orang tua, salah pergaulan, mencari kesenangan diluar, dan lainnya. Remaja masih mencari jati dirinya sehingga masih banyak terpengaruh oleh pergaulan yang negatif.
Beragam kenakalan remaja yang terjadi saat ini seperti narkoba, free sex, pergaulan bebas, drugs, tawuran antar sekolah dan lain sebagainya. Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya. Banyak alasan-alasan para aset negara melakukan kenakalan seperti ini. Salah satunya ialah kurangnya perhatian orang tua, salah pergaulan, mencari kesenangan diluar, dan lainnya. Remaja masih mencari jati dirinya sehingga masih banyak terpengaruh oleh pergaulan yang negatif.
a.
Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua
dalam hal apapun. Karena dengan adanya rasa kasih sayang dari orang tua maka
anak akan merasa diperhatikan dan dibimbing. Dengan kasih sayang itu pula akan
mudah mengontrol remaja jika ia mulai melakukan kenakalan.
b.
Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi
seperti TV, internet, radio, handphone, dll.
c.
Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena
disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.
d. Perlunya
pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini seperti beribadah dan mengunjungi
tempat ibadah sesuai dengan iman dan kepercayaannya.
e.
Remaja pandai memilih
teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan
di komunitas mana remaja harus bergaul.
3. Faktor
Psikologis (Aliran Sesat)
Menurut saya adalah
“Pandangan atau teori mengenai keagamaan yang dianggap berlawanan atau
bertentangan dengan ajaran agama yang dikatakan berhubungan dengan ajaran sesat
tersebut.” Dalam prakteknya selama ini terutama di Indonesia, banyak sekali ajaran
sesat yang berkembang dan tumbuh diantara masyarakat. Kebanyakan dari
pengikutnya berasal dari kalangan menengah ke bawah yang tergiur masuk dalam
suatu aliran sesat karena di iming-imingi kekayaan dan kesejahteraan yang
mereka pikir tidak dapat mereka dapatkan dari agama yang mereka anut selama
hidup mereka.
Dalam
keadaan tertekan beban ekonomi, tentu saja iman mereka dapat melemah dan tidak
menutup kemungkinan mereka akan berpindah keyakinan hanya dengan di
iming-imingi kekayaan semu yang belum tentu mereka bisa dapatkan. Masalah
aliran sesat ini masuk ke dalam daftar masalah sosial yang cukup rumit
mengingat ini adalah kemauan individunya sendiri yang dengan sadar memasuki
aliran tersebut. Melihat sifat dasar orang Indonesia yang mudah
terpengaruh ajakan yang menggiurkan, bukan tidak mungkin bahwa ajaran-ajaran
sesat tersebut dapat berkembang pesat di negara ini. Salah satu ajaran yang di
anggap sesat yang berkembang sangat pesat adalah ajaran “Al-Qayidah Islamiyah”
yang berkembang dan menjadi perbincangan publik sekitar tahun 2007-2008 lalu.
Didirikan oleh Ahmad Musadeq yang sekaligus mengakui dirinya adalah
rasul/utusan Allah. Selain itu ajaran sesat Lia Eden juga sempat merebak dan
meresahkan masyarakat yang menganggapnya sebagai Malaikat Jibril.
Cara Mengatasi Aliran Sesat:
Cara Mengatasi Aliran Sesat:
1. Perlu memberikan tuntunan
dakwah dan penegakan hukum yang tegas terhadap para pembawa ajaran dan aliran
sesat itu.
2. Penguatan akidah umat juga
menjadi point penting untuk menangkal tersebarnya aliran sesat ini. Mudahnya
mereka terjebak ke dalam aliran sesat adalah lantaran lemahnya akidah mereka
dan minimnya pengetahuan Islam yang mereka miliki, sehingga para penyebar aliran
sesat begitu gampang memperdayakan mereka dengan dalih agama untuk
menyesatkannya.
3.
Melakukan
kegiatan dialog, diskusi, atau debat publik. Melalui kegiatan semacam ini
nantinya pemimpin dan pengikut aliran sesat akan dihadapkan pada pengujian
terhadap argumentasi pemahaman keagamaan mereka selama ini.
http://belajarpsikologi.com/kenakalan-remaja/